Hidup ini daun cemara diterpa angin
Dan debu-debu. Satu demi satu gugur
Ketanah tempat akar-akarnya terkubur
Melupakan matahari dan deru angin
Hidup adalah sepucuk daun cemara
Memuja langit. Wajahnya pucat
Menimbun jiwa-jiwa lara
Disemaikan petak-petak syahadat
Lembar demi lembar mengering
Melayang-layang dihempas angin
Tak paham lagi harus kemana menyangkutkannya
Karena hujan telah menyuburkan daun-daun lain
Dari anak-anak api meranggaskan ranting-ranting
Pada logika daun cemara bergantung perasaan malam
Terjebak keharusan dan arah yang seragam
Lembar yang satu gelisah karena lembar yang lain
Berwarna merah. Lembar yang satu gerah
Karena lembar yang lain berlawanan arah
Kemudian terbangun cabang-cabang liar
Bendera-bendera berkibar pada pohonnya
Dan tanah basah oleh sia-sia darah
(Dikutip dari Horison, Tahun XXXIV, Mei 2001)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ramadhan 1436 H
MARHABAN YA RAMADHAN Berdasarkan hasil keputusan sidang itsbat yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama di Jakarta pada tanggal 16 ...
-
Kulihat sayap-sayap mungilmu Mulai menerpa udara pagi Seakan kau tersenyum Menyambut mentari yang begitu bersinar Warnamu melambangkan ...
-
Awan mendung mulai menyelimuti langit Suasana semakin gelap Titik-titik air mulai turun Dari kejauhan hu...
-
Ayat, itulah namanya Nama seorang Adam Adam yang memikat hati Hati Sang sahabat Ayat, nama yang seakan menyatu Menyatu bersama aliran...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar