Sabtu, 29 Januari 2011

pahala membantu tetangga dan anak yatim

Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, tertidur di Masjidil Haram. Dia telah bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, "Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?"
Jawab yang lain, "Enam ratus ribu." Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang diterima ?" Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."

Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya. Jawab orang itu, "Muwaffaq." Lalu Abdullah bin Mubarak bertanya padanya, "Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?" Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat wang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menampal sepatu, lalu aku berniat haji pada tahun ini sedang isteriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah jiranku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah jiranku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita jiranku itu.

Jawab jiranku, "Aku terpaksa membuka rahsiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu." Ketika aku mendegar jawapan itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil wang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada jiranku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan wang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu. "Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku." Kata Muwaffaq lagi.
Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahawa membantu jiran tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim. Rasulullah s.a.w. ada ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga." Jawab Rasulullah s.a.w., "Jadilah kamu orang yang baik." Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahawa aku telah berbuat baik?" Jawab Rasulullah s.a.w., "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."

Selasa, 18 Januari 2011

KUNANTI KAU

Kunanti kau dipucuk kebisuan
Setiap saat seiring perjalanan waktu
Dalam dekap mimpi dan kenyataan
Kusadari semua mulai membeku

Kunanti kau dikemarau kahampaan
Diantara daun dan bunga berguguran
Hingga istanapun menjadi puing berserakan
Kusadari, keabadian hanya ada setelah kematian

Kunanti kau
Sampai nanti ketika mentari tidak lagi bertemu hari


(Dikutip dari Horison,Tahun XXXIV, Mei 2001)

LOGIKA DAUN CEMARA

Hidup ini daun cemara diterpa angin
Dan debu-debu. Satu demi satu gugur
Ketanah tempat akar-akarnya terkubur
Melupakan matahari dan deru angin

Hidup adalah sepucuk daun cemara
Memuja langit. Wajahnya pucat
Menimbun jiwa-jiwa lara
Disemaikan petak-petak syahadat

Lembar demi lembar mengering
Melayang-layang dihempas angin
Tak paham lagi harus kemana menyangkutkannya
Karena hujan telah menyuburkan daun-daun lain
Dari anak-anak api meranggaskan ranting-ranting

Pada logika daun cemara bergantung perasaan malam
Terjebak keharusan dan arah yang seragam
Lembar yang satu gelisah karena lembar yang lain
Berwarna merah. Lembar yang satu gerah
Karena lembar yang lain berlawanan arah

Kemudian terbangun cabang-cabang liar
Bendera-bendera berkibar pada pohonnya
Dan tanah basah oleh sia-sia darah

(Dikutip dari Horison, Tahun XXXIV, Mei 2001)

KERAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Kerawang Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegup hati

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam di dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu,
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kamin cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa-jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Ataukah tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir

Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Kerawang-Bekasi


Karya CHAIRIL ANWAR
(Dikutip dari Buku Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IX, tahun 2004)

INDONESIA, TUMPAH DARAHKU

Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau dilautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya,
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya.

Memandang alam demikian indahnya
Ditutupi langit dengan awannya
Berbidaikan buih putih rupanya
Rindulah badan ingin dan rawan
Terkenangkan negeri dengan bangsanya
Berumah tangga selama-lamanya
Penuh peruntungan berbagai sejarahnya

adalah zaman ketika dulu
Tinggi gerangan semarak bangsaku
Menggembirakan jantung serta kalbuku
Karang bangsa semasa itu
Menempuh gelombang segala lautan
Menjajah pesisir seluruh daratan
Sejakkan utara sampai selatan.


Karya M.YAMIN

(Dikutip dari Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas IX, tahun 2004)

Senin, 17 Januari 2011

tujuh bintang penerangku

Tujuh Bintang Penerangku

Kala kumenatap langit malam
Kuteringat akan jalan kehidupan yang kulewati saat ini
Tujuh bintang yang begitu indah dan terang
Seolah tersenyum menyapaku

Tujuh bintang penerangku...
Seolah mengerti isi hatiku
Cahayanya memancarkan kasih sayang
Seolah tidak ingin pudar diterpa badai angin malam

Tujuh bintang penerangku...
Selalu bersinar mengisi ruang hatiku
Mewarnai setiap hariku
Memberi arti akan hadirku

Mengenalmu adalah anugrah terindahku
Memilikimu adalah bahagiaku
Bersamamu kumelangkah
Menemukan kesempurnaan cinta

Namun tak disangka
Awan hitam nan pekat menutupi keindahan malam
Badai datang membawa kehancuran
Akankah kita berpisah?

Tapi dewi malam berkata tidak
Kulihat secercah sinar harapan
Yang akan kembali menerangi hidupku
Bintang paling terang diantara beribu bintang
Ya... itulah tujuh bintang penerangku

Sabtu, 15 Januari 2011

AYAT SANG SAHABAT

Ayat, itulah namanya
Nama seorang Adam
Adam yang memikat hati
Hati Sang sahabat


Ayat, nama yang seakan menyatu
Menyatu bersama aliran darah
Aliran darah yang mendidih
Mendidih dalam nadi Sang sahabat


Ayat, Ayat Sang sahabat
Senyumnya yang tak tertutup silau surya
Matanya yang tajam bagai bilah pedang
Yang menguras cinta kasih Sang sahabat


Ayat, Ayat Sang sahabat
Tawanya yang merdu bagai lantunan syair surga
Tingkahnya yang tak lebih bagai bintang kejora kala petang
Merebut hati dan jiwa Sang sahabat


Ayat, Ayat Sang sahabat
Harapan sahabat kelak dalam Mihrab Cinta





Curahan Hati, dari gadis WJ

MAMA

Setiap tetes peluh ini
Juga darah yang bercucur ini
Ku persembahkan atas jasa mu
Jasa tak terbalasmu, MAMA

Setiap hela napas ini
Juga denyut nadi yang menggema ini
Ku sajikan atas cinta mu
Cinta tak terhitungmu, MAMA

Setiap lantunan detak jantung ini
Juga kembang-kempis diafragma ini
Ku turutkan akan pengorbanan mu
Perngorbanan tiada akhirmu, MAMA

by ICHA

ENTAHLAH, tentang Hati

Hati tergoyah, pada tatapannya yang sayup itu
Mata tertekuk, oleh senyumnya yang jauh lebih indah dibanding pelangi
Jiwa seakan tertutup oleh kecintaan yang begitu besar terhadapnya
Sejak kapan rasa ini mendera ku?
Entahlah, mungkin itu jawaban yang tepat

Tapi disaat hati benar-benar mendambanya
Kenyataan lain yang begitu pahit harus tertelan
Disaat mata ingin jauh dari bayangannya
Nyatanya dia tetap ada dibenak ku,
Entahlah, sebab aku tak tahu alasannya mengapa

Belajar menjauhinya, mungkin langkah terbaik
Tapi kala jiwa telah sanggup mengabaikannya
Rasa rinduku padanya bersarang di hati
Mungkin ini akan terus ada, sampai hatiku terlabuh di hati lain
Entahlah, hanya kata itu yang aku tahu tentang Hati

Ungkapan hati, Ana Tiraswati

Ramadhan 1436 H

MARHABAN YA RAMADHAN Berdasarkan hasil keputusan sidang itsbat yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama di Jakarta pada tanggal 16 ...