Kami yang kini terbaring antara Kerawang Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegup hati
Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam di dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu,
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kamin cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa-jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Ataukah tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Kerawang-Bekasi
Karya CHAIRIL ANWAR
(Dikutip dari Buku Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IX, tahun 2004)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ramadhan 1436 H
MARHABAN YA RAMADHAN Berdasarkan hasil keputusan sidang itsbat yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama di Jakarta pada tanggal 16 ...
-
Kulihat sayap-sayap mungilmu Mulai menerpa udara pagi Seakan kau tersenyum Menyambut mentari yang begitu bersinar Warnamu melambangkan ...
-
Awan mendung mulai menyelimuti langit Suasana semakin gelap Titik-titik air mulai turun Dari kejauhan hu...
-
Ayat, itulah namanya Nama seorang Adam Adam yang memikat hati Hati Sang sahabat Ayat, nama yang seakan menyatu Menyatu bersama aliran...
waH,,, ANA pernah k krawang yach? k0k ndk ngjak2 YUKI c?? pelit dech........;-(
BalasHapusiya kapan-kapan ANA ajak dech......... :-)
BalasHapus