Jumat, 27 Januari 2012

MENYAPU BANJIR DALAM RUMAH


Siang itu, kamis 19 Januari 1012 hujan mulai jatuh rintik-rintik, akupun terbawa arus dinginnya cuaca disertai mendung hingga masuk di alam mimpi. Setelah barapa lama aku memejamkan mata, telinga ini mulai mendengar suara, teriakan, desiran, panggilan, namun badan ini tetap terasa dingin. Perlahan, suara-suara itu mulai terdengar jelas, teriakan anak-anak yang tidak karuan, entah kegirangan , heran, atau malah ketakutan, aku tidak tahu. Desiran, seperti air yang mengalir deras. Panggilan, panggilan itu tidak asing lagi bagiku, suara adikku, kemudian suara ibuku. Apa sebenarnya semua ini?
Ya, apalagi jawaban dari pertanyaanku kalau bukan banjir. Akhirnya aku tersadar, suara itu kini terdengar jelas olehku, “Icha bangun, banjir, airnya semakin naik, cepat kemasi barang-barangmu dan simpan ditempat yang lebih tinggi (still in my home)”. Dengan cepat aku bangkit  dari tempat tidurku dan melhat keadaan diluar. Dan ternyata, aduuuhhh sebentar lagi airnya akan masuk dalam rumah. Aku menengok jam di layar Hp ku yang menunjukkan angka 14.55. Lalu aku cepat-cepat mengevakuasi barang-barang yang aku prediksi akan terkena banjir ketempat yang aman. Beras dalam karung beserta pakaian kotor dalam keranjang kusimpan diatas salah satu meja dalam kamar, buku-buku dilaci meja belajar paling bawah aku pindahkan diatas meja, begitupun buku pelajaran adikku. Sementara ibuku memindahkan benda-benda yang ada di dapur, secara ibuku kan jago masak( Love you Mother). Nah kalau Ayah sibuk diluar, dia mengamankan kayu setengah jadi yang akan diolah menjadi barang jadi seperti lemari, meja, dan lain-lain. Biasa, tukang kayu yang punya jiwa seni yang tinggi(I love my Father). Kalau adikku, aku tidak tahu apa saja yang telah dia lakukan dari tadi. Mungkin dia bantu-bantu Ayah, sekalian main air. Walau sekarang dia duduk dikelas 1 SMP, sifat kanak-kanaknya masih melekat erat(But, I’m still love you my young brother).
Setelah aku memindahkan barang-barang yang kuanggap akan terkena banjir, aku mencoba menengok keluar. Aku berdiri dimuka pintu, dan melihat keadaan yang terjadi. Airnya semakin naik. Percikkan gelombangnya sudah mulai masuk kedalam rumah. Tiba-tiba, dooorr( bagaimana bunyi yang cocock ya??)  tembok pembatas pekarangan rumah tetangga dengan parit dekat rumahya roboh karena tidak mampu menahan arus air yang deras. Karena itu, gelombang air yang besar menuju rumahku dan cuusss masuk dech kedalam rumah. (untuk lebih memahami bagaimana keadaan sebenarnya lihat langsung di TKP. J) . Ternyata airnya hampir masuk di lemari pakaian adikku. Tanpa pikir panjang baju-baju itu ku amankan. Untuk berjaga-jaga kalau airnya makin tinggi, kami terus memindahkan barang-barang yang penting. Tapi untunglah, walaupun lambat airnya mulai menunjukkan tanda-tanda surut.
Untuk sekedar informasi, tembok yang telah rubuh tadi tiap tahunnya selalu dibangun, karena tiap musim hujan dan datang banjir besar, pasti roboh. Berbagai upayapun dilakukan pemiliknya, mulai dari memperbesar celah air, sampai memperkuat rekonstruksi bangunannya. Tapi tetap saja temboknya roboh, padahal banjir kali ini sedikit lebih kecil dari tahun kemarin.
Perlahan airnya surut hingga lantai bertegel putih mulai menampakkan dirinya. Kamipun mulai menyapu banjir dalam rumah. Hal ini dilakukan agar tanah yang dibawa oleh banjir tidak mengendap dalam rumah saat airnya surut. Walaupun capek, tapi menyenangkan. Aku, ibu, dan adikku bergantian melakukannya, sampai akhirnya air tidak menggenangi rumah kami lagi. Alhamdulillah banjirnya tidak sebesar tahun kemarin. Datangnyapun di siang hari, sehingga mempermudah melakukan pengevakuasian. Jika dibandingkan dengan tahun lalu yang datangnya tiba-tiba ketika menjelang malam, sehingga menyababkan sedikit kepanikan dan kerepotan dalam mengamankan barang-barang yang penting. Berbagai ucapan syukur terucap disela-sela surutnya banjir, dengan harapan semoga hikmah dibalik peristiwa ini menjadikan kita lebih bertaqwa kepadaNYA.
Sampai menjelang malam air dihalaman rumah masih setinggi pinggang. Dapat dipastikan airnya benar-benar surut saat malam hari. Kami sekeluarga kembali menjalani aktivitas di dalam rumah, melakukan apa yang harus dilakukan, hingga akhirnya terlelap. Kemudian bangun menyambut pagi yang mulai menunjukkan suasana cerah, dengan dekorasi halaman rumah yang tidak karuan dan tanah yang becek….

THE END……………………………..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ramadhan 1436 H

MARHABAN YA RAMADHAN Berdasarkan hasil keputusan sidang itsbat yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama di Jakarta pada tanggal 16 ...